Perang antara Israel dengan militan Palestina, Hamas membuat beberapa sektor usaha terdampak, mulai dari industri maskapai, perjalanan wisata mancanegara, perusahaan teknologi, hingga konsumer. Perusahaan airline seperti Unietd Airlines dan Etihad menjadi yang paling dipusingkan dari perang.
Sebelumnya, https://pengempulkas138.store/ perang Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 dan membuat dunia panik. Menurut pejabat kesehatan Palestina, lebih dari 7.000 orang telah terbunuh di Gaza, sementara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan lebih dari 1.400 orang telah terbunuh di negara tersebut.
Perang memang membuat banyak kerugian, utamanya korban jiwa di negara yang sedang berkonflik. Namun, dampak negatif perang tidak hanya sampai disitu saja, tetapi berimbas ke Perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis atau beroperasi di kawasan ini dan sekitarnya.
Perusahaan-perusahaan yang berdomisili di Israel maupun Palestina, bahkan berafiliasi dengan salah satu keduanya juga mulai terdampak perang, mulai dari dana periklanan, pariwisata, hingga rantai pasokan. Pengakuan awal ini muncul ketika para pemimpin dunia semakin khawatir bahwa konflik akan semakin intensif dan seruan internasional untuk gencatan senjata ditolak.
Dengan adanya konflik Israel-Hamas ditambah belum selesainya konflik Rusia-Ukraina, maka beberapa perusahaan pun sudah mulai menyerukan akan dampak dari konflik tersebut.
Lalu perusahaan global apa saja yang terdampak dari perang Israel? Berikut ini daftarnya.
1. Maskapai
Perusahaan maskapai atau penerbangan menjadi salah satu perusahaan yang terdampak dari perang. Beberapa perusahaan maskapai utamanya yang melayani rute dari dan ke Israel bahkan Timur Tengah mulai terdampak dari perang Israel-Hamas. Salah satunya yakni United Airlines.
Banyak wisatawan internasional yang awal mulanya hendak berwisata ke Timur Tengah, kemudian mereka terpaksa membatalkan perjalanannya karena khawatir konflik Israel-Hamas dapat meluas ke negara tetangga seperti halnya Mesir dan negara-negara di Timur Tengah.
Akibatnya, traffic perjalanan pesawat dari dan ke Timur Tengah pun berkurang drastis.
Berdasarkan data dari perusahaan analisis perjalanan ForwardKeys, pemesanan penerbangan internasional berada 20% di bawah level tahun 2019 dalam tiga minggu setelah dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober dan lebih rendah 5 poin persentase di bawah periode tiga minggu sebelum serangan.
Dalam periode tiga pekan sebelum 7 Oktober, penerbitan tiket dari Timur Tengah hanya 3% di bawah level tahun 2019, menurut data ForwardKeys, yang menggambarkan pemulihan yang stabil di sektor ini dari pandemi Covid-19.
Sebaliknya, dalam periode tiga pekan setelah 7 Oktober, penerbitan tiket dari Timur Tengah 12% lebih rendah dibandingkan tahun 2019 atau selisih 9 poin persentase.
Salah satu contoh perusahaan maskapai yang terdampak yakni United Airlines. Perusahaan maskapai asal Amerika Serikat (AS) tersebut mengatakan kinerja kuartal keempat dapat bervariasi tergantung pada lamanya penangguhan penerbangan di Tel Aviv, ibu kota Israel. Kisaran terbaru untuk laba per saham yang disesuaikan berada di bawah perkiraan analis.
Namun pada kuartal ketiga 2023, United Airlines masih mencatatkan laba dan kenaikan pendapatan. Total pendapatan teratas kuartal ketiga naik 12,5% (year-on-year/yoy) yang menjadi rekor tersendiri.
Perusahaan melaporkan laba sebelum pajak kuartalan sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,8 triliun. Margin sebelum pajak sebesar 10,3% dan laba per saham dilusian sebesar US$ 3,42 dan; berdasarkan penyesuaian, laba sebelum pajak sebesar US$ 1,6 miliar, margin sebelum pajak sebesar 10,8% dan laba per saham dilusian sebesar US$ 3,65.
Selain United Airlines, ada perusahaan maskapai lainnya seperti Delta Air Lines dan American Airlines yang terburu-buru mengubah jadwal seiring dengan berkembangnya konflik.
Khususnya, El Al, maskapai penerbangan Israel, mengatakan pihaknya akan terbang pada hari Sabat Yahudi untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat dekade untuk membantu membawa pasukan cadangan di luar negeri kembali ke negara tersebut.
Sementara itu, produsen pesawat Boeing mengatakan dalam peraturannya bahwa konflik tersebut dapat berdampak pada pemasok tertentu, selain maskapai penerbangan.
Bahkan, grup maskapai penerbangan Jerman Lufthansa mengatakan bahwa pemesanan mereka di Timur Tengah tidak terpengaruh oleh perang, dan hanya mengalami penurunan awal ketika konflik dimulai.
Terbaru, maskapai nasional Uni Emirat Arab (UEA), Etihad Airways yang berbasis di Abu Dhabi juga terkena dampak dari perang Israel-Hamas Palestina.
Menurut CEO Etihad, Antonoaldo Neves, dampak dari perang Israel-Hamas cukup terasa bagi perusahaan. Meski masih ada permintaan penerbangan, tetapi tidak seperti sebelum terjadinya perang, alias penerbangannya berkurang.
“Ini berdampak, permintaan kami kepada Israel masih ada. Tapi jumlahnya tidak sebesar dulu,” ujar Neves, dikutip dari CNBC International.
Maskapai ini mulai menerbangi rute Abu Dhabi-Tel Aviv pada April 2021, kira-kira delapan bulan setelah penandatanganan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan UEA.
2. Pelayaran Penumpang Mewah
Industri pelayaran penumpang mewah juga mulai terdampak dari konflik Israel-Hamas, terutama bagi mereka yang menyediakan perjalanan dari dan ke Timur Tengah.
Royal Caribbean Group mengubah rencana perjalanan tahun 2024 mereka untuk menghindari pelabuhan di Israel.
Operator kapal pesiar Norwegia Cruise Line Holdings mengatakan bahwa mereka melihat adanya peningkatan dalam pembatalan dan perlambatan pemesanan di wilayah tersebut, terutama dalam pemesanan jangka pendek.
3. Perjalanan Wisata Internasional dan Perhotelan
Perusahaan perjalanan wisata internasional juga sudah mulai terdampak dari adanya perang Israel-Hamas. Tak sedikit perusahaan-perusahaan jasa perjalanan wisata internasional mengatakan adanya penurunan yang ingin berwisata internasional, utamanya Timur Tengah.
Wisatawan membatalkan atau menunda rencana liburan ke Timur Tengah dan Afrika Utara karena kekhawatiran akan memburuknya konflik Israel-Hamas, dan perusahaan tur juga telah mengubah rencana perjalanan dan membatalkan penerbangan.
Namun pada kuartal ketiga 2023, United Airlines masih mencatatkan laba dan kenaikan pendapatan. Total pendapatan teratas kuartal ketiga naik 12,5% (year-on-year/yoy) yang menjadi rekor tersendiri.
Perusahaan melaporkan laba sebelum pajak kuartalan sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,8 triliun. Margin sebelum pajak sebesar 10,3% dan laba per saham dilusian sebesar US$ 3,42 dan; berdasarkan penyesuaian, laba sebelum pajak sebesar US$ 1,6 miliar, margin sebelum pajak sebesar 10,8% dan laba per saham dilusian sebesar US$ 3,65.
Selain United Airlines, ada perusahaan maskapai lainnya seperti Delta Air Lines dan American Airlines yang terburu-buru mengubah jadwal seiring dengan berkembangnya konflik.
Khususnya, El Al, maskapai penerbangan Israel, mengatakan pihaknya akan terbang pada hari Sabat Yahudi untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat dekade untuk membantu membawa pasukan cadangan di luar negeri kembali ke negara tersebut.
Sementara itu, produsen pesawat Boeing mengatakan dalam peraturannya bahwa konflik tersebut dapat berdampak pada pemasok tertentu, selain maskapai penerbangan.
Bahkan, grup maskapai penerbangan Jerman Lufthansa mengatakan bahwa pemesanan mereka di Timur Tengah tidak terpengaruh oleh perang, dan hanya mengalami penurunan awal ketika konflik dimulai.
Terbaru, maskapai nasional Uni Emirat Arab (UEA), Etihad Airways yang berbasis di Abu Dhabi juga terkena dampak dari perang Israel-Hamas Palestina.
Menurut CEO Etihad, Antonoaldo Neves, dampak dari perang Israel-Hamas cukup terasa bagi perusahaan. Meski masih ada permintaan penerbangan, tetapi tidak seperti sebelum terjadinya perang, alias penerbangannya berkurang.
“Ini berdampak, permintaan kami kepada Israel masih ada. Tapi jumlahnya tidak sebesar dulu,” ujar Neves, dikutip dari CNBC International.
Maskapai ini mulai menerbangi rute Abu Dhabi-Tel Aviv pada April 2021, kira-kira delapan bulan setelah penandatanganan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan UEA.
2. Pelayaran Penumpang Mewah
Industri pelayaran penumpang mewah juga mulai terdampak dari konflik Israel-Hamas, terutama bagi mereka yang menyediakan perjalanan dari dan ke Timur Tengah.
Royal Caribbean Group mengubah rencana perjalanan tahun 2024 mereka untuk menghindari pelabuhan di Israel.
Operator kapal pesiar Norwegia Cruise Line Holdings mengatakan bahwa mereka melihat adanya peningkatan dalam pembatalan dan perlambatan pemesanan di wilayah tersebut, terutama dalam pemesanan jangka pendek.
3. Perjalanan Wisata Internasional dan Perhotelan
Perusahaan perjalanan wisata internasional juga sudah mulai terdampak dari adanya perang Israel-Hamas. Tak sedikit perusahaan-perusahaan jasa perjalanan wisata internasional mengatakan adanya penurunan yang ingin berwisata internasional, utamanya Timur Tengah.
Wisatawan membatalkan atau menunda rencana liburan ke Timur Tengah dan Afrika Utara karena kekhawatiran akan memburuknya konflik Israel-Hamas, dan perusahaan tur juga telah mengubah rencana perjalanan dan membatalkan penerbangan.