Awas Perang Nuklir! Putin Sah Teken UU Rusia Out Janji Nuklir

Russian President Vladimir Putin (AP/Sergey Guneev)

Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang (UU) yang secara resmi menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian pengurangan senjata nuklir (New START), Selasa.

Putin pekan lalu memang telah mengatakan akan membekukan perjanjian itu seraya menyebut Barat berusaha menghancurkan Rusia dan makin menambah eksalasi ketegangan di konflik Ukraina.

“Federasi Rusia menangguhkan perjanjian antara federasi Rusia dan AS,” bunyi penjelasan UU tersebut, dikutip dariĀ CNN International, Rabu (1/3/2023).

“Tentang langkah-langkah untuk pengurangan lebih lanjut dan pembatasan senjata ofensif strategis, yang ditandatangani di Praha pada 8 April 2010,” tambahnya.

Hal sama juga dibenarkan Kementerian Luar Negeri Rusia. Namun, Kemlu tetap menegaskan Moskow akan terus menghormati batas yang ditetapkan dalam perjanjian itu.

Lembaga itu juga mengatakan penangguhan perjanjian oleh Putin bisa “dibatalkan”. Dalam aturannya Presiden Rusia adalah orang yang dapat membuat keputusan untuk melanjutkan partisipasi negara dalam perjanjian tersebut.

Perlu diketahui New START adalah perjanjian yang terakhir dari rangkaian panjang perjanjian nuklir antara AS dan Rusia, yang sebelumnya memiliki nama Uni Soviet. Ini membatasi jumlah senjata nuklir jarak antarbenua yang dapat dimiliki oleh AS dan Rusia.

New START terakhir diperpanjang pada awal 2021 selama lima tahun. Ini berarti kedua belah pihak harus segera mulai menegosiasikan perjanjian kontrol senjata lainnya.

Meski baru “dipertegas” Putin sekarang, perjanjian itu pada dasarnya sudah “dihentikan” sejak Rusia baru-baru ini menolak membuka gudang senjatanya untuk para inspektur. Sementara itu, seorang pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS mengatakan “sangat” berharap Rusia kembali ke perjanjian pengendalian senjata.

Sebelumnya Minggu, pada wawancara dengan saluran TV Rossiya-1, Putin menunjuk kemampuan nuklir aliansi pimpinan AS, NATO, yang selama ini membantu Ukraina. Ia mengatakan Moskow harus memperhitungkan potensi nuklir kelompok itu.

“Negara-negara NATO terkemuka telah memproklamirkan tujuan utama mereka untuk mengalahkan Rusia, agar rakyat kita ‘menderita’ seperti yang mereka katakan,” katanya dikutipĀ CNBC International.

“Bagaimana … kita tidak dapat memperhitungkan potensi nuklir mereka?” tambahnya.

Dalam catatan Buletin Peneliti Atom pada Januari 2023, Negeri Paman Sam memiliki 3.708 hulu ledak nuklir. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 1.770 hulu ledak dikerahkan sementara sekitar 1.938 disimpan sebagai cadangan.

Di sisi lain, Rusia memiliki jumlah senjata nuklir yang lebih banyak. Pada Oktober lalu, lembaga yang sama menyebutkan Negeri Beruang Putih memiliki 4.447 hulu ledak nuklir.

Direktur lembaga riset Institut Penelitian Perdamaian Dunia Stockholm (SIPRI), Dan Smith, mengungkapkan bahwa hal ini berpotensi menimbulkan bahaya. Terutama di situasi global seperti sekarang ini.

“Ini adalah langkah yang mengecewakan, tidak imajinatif, tetapi tidak mengejutkan yang tidak diuntungkan oleh siapapun. Satu per satu pilar kontrol senjata nuklir antara Rusia dan AS telah diruntuhkan selama dua dekade terakhir,” ujarnya.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*