Imbas Kekeringan Dahsyat Argentina Bisa ke RI, Tempe Naik!

Kekeringan di Argentina

Argentina dilanda kekeringan terparah dalam 60 tahun terakhir. Bencana tersebut tidak hanya berimbas kepada petani Argentina tetapi juga penduduk dunia, termasuk Indonesia.

Petani di Argentina dilaporkan mengalami kerugian miliaran dolar akibat kekeringan yang menghantam wilayah sentra produksi pertanian mereka, termasuk kedelai, jagung, dan gandum.

Tak hanya itu, kekeringan akan menambah beban petani karena menurunnya populasi ternak.

Kepala penelitian ekonomi di bursa Rosario, Julio Calzada, dengan merujuk data dari Kementerian Pertanian Argentina, kekeringan yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir telah menyebabkan kerugian produksi tanaman kerugian sebesar $3 miliar atau Rp 45,87 triliun (kurs US$ 1=Rp15.290).

Kerugian pada ternak mencapai $10,5 miliar atau Rp 160,55 triliun.

“Ekspor akan berkurang sekitar $8 miliar, yang akan merugikan pemerintah sebesar $3,5 miliar dalam hal pendapatan” tutur Calzada, dikutip dari Reuters.

Petani yang terkena dampaknya mengalami kesulitan dalam menyediakan air untuk tanaman dan ternak. Mereka pun terpaksa menunda tanam dan bahkan meninggalkan hasil panen mereka.

Seorang petani di Ciguena bernama Andrés Betiger harus menempuh jarak 52 kilometer menggunakan traktor tua untuk mengambil air. Situasi ini mencerminkan betapa beratnya cuaca kering yang berlangsung sejak tahun lalu bagi para petani.

Akibat kekeringan yang dahsyat petani di Argentina terpaksa menahan penjualan kacang kedelai ke pihak lain.

Mereka hanya menjualnya untuk membayar tagihan dan biaya produksi karena penurunan panen yang signifikan akibat kekeringan dan tingginya suhu udara di wilayah sentra produksi.

Kekeringan yang terjadi di Argentina juga mempengaruhi pasar global, karena berkurangnya pasokan kacang kedelai.

Argentina merupakan produsen ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Amerika Serikat (AS). Penurunan produksi kedelai di Argentina diperkirakan akan berdampak pada ketersediaan dan harga kedelai di pasar global.

Laporan baru dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan bahwa produksi kacang kedelai global akan turun dari 388 juta ton menjadi 383,01 juta ton pada 2022/2023.

USDA memproyeksi produksi kedelai Argentina akan turun ke level terendah dalam 15 tahun terakhir pada 2022-2023. Produksi mereka akan turun menjadi 36 juta ton atau lebih rendah 9,5 juta ton dibandingkan estimasi sebelumnya.

Situasi ini tidak hanya mempengaruhi pasokan kacang kedelai, tetapi juga mempengaruhi produksi minyak nabati berbasis biji-bijian di pasar global yang dapat digantikan oleh kelapa sawit.

Derita petani di Argentina bisa berdampak kepada warga Indonesia dalam bentuk kenaikan harga tempe.

Kekeringan juga bisa berdampak kepada harga minyak goreng karena harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) bisa melonjak.

Harga minyak sawit saling terkait dengan harga minyak nabati dunia lain, termasuk minyak kedelai.

Indonesia, merupakan salah satu produsen tahu, tempe, dan minyak goreng terbesar di dunia. Tempe juga menjadi makanan favorit jutaan warga Indonesia.

Dengan terjadinya kekeringan di Argentina maka pedagang Indonesia perlu mengantisipasi kenaikan harga kedelai dan minyak goreng di dalam negeri.

Sebagai catatan, produksi komoditas kedelai lokal hanya mencapai 42% atau 300 ribu ton dari total target 710 ribu ton pada 2022. Nantinya pada 2023 pemerintah juga hanya menargetkan produksi kedelai 590 ribu ton.

Sementara total kebutuhan tahunan kedelai mencapai 2,9 juta ton (tahun 2022), yang mayoritas dipenuhi dari impor sebanyak 2,5 juta ton.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per November 2022 menunjukkan impor kedelai Indonesia pada Januari-November 2022 mencapai 2,17 juta ton dengan nilai menembus US$ 1,52 miliar.
Amerika Serikat masih menjadi pemasok utama dengan volume 1,82 juta ton disusul dengan Kanada ( 263.345 ton), dan Argentina (40.092 ton).

Panel Harga Badan Pangan mencatat harga kedelai biji kering impor pada hari ini, Jumat (3/3/2023) dibanderol Rp 14.880/kg. Harganya naik 0,5% dalam sepekan.

Kenaikan harga kedelai beberapa kali terjadi sejak akhir 2021. Lonjakan harga bahkan membuat perajin tahu tempe melakukan aksi demo dengan menutup produksi, seperti pada Februari 2022.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*