Jreng! Harga Gula Diam-diam Rekor, Waspada Kisruh Impor

Bongkar Muat Gula Pasir. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Harga gula dunia diam-diam bergerak naik hingga cetak rekor tertinggi sejak tahun 2016. Begitu juga dengan harga gula di dalam negeri saat ini lebih mahal dibandingkan tahun 2022.

Data Panel Harga Badan Pangan pagi ini, Rabu (1/3/2023 pukul 8.30 WIB) menunjukkan, harga gula rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran naik Rp150 jadi Rp14.520 per kg.

Harga gula rata-rata nasional bulan Februari 2023 juga lebih mahal dibandingkan Januari 2023, dari Rp14.340 per kg ke Rp14.380 per kg. Dan, meningkat dibandingkan harga Februari 2022 yang tercatat di Rp14.170 per kg.

Padahal, berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No 11/2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Kedelai, Bawang Merah, Cabai Rawit Merah, Cabai Merah Keriting, Daging Sapi/Kerbau, dan Gula Konsumsi yang diterbitkan pada 20 Desember 2022 lalu, harga acuan gula adalah:

– pembelian produsen Rp11.500 per kg dalam kemasan karung 50 kg
– penjualan konsumen: Rp13.500 per kg di ritel modern dan Rp14.500 di ritel modern wilayah Indonesia Timur.

Sementara itu, tradingeconomics memprediksi harga gula pada kuartal ini akan bergerak di 21,68 sen per pon dan diperkirakan bakal naik ke 22,94 per pon.

Chart perdagangan pada penutupan Selasa (28/2/2023) menunjukkan, harga gula terkoreksi tipis 0,05% jadi 22,08 sen per pon.

Harga ini merupakan yang tertinggi sejak 3 Oktober 2016 yang saat itu mencapai 23,42 sen per pon.

Di sisi lain, pemerintah akan membuka kuota impor gula tahun ini mencapai 3,6 juta ton gula mentah untuk gula rafinasi dan 991.000 ton gula konsumsi.

“Harganya (gula impor) bisa melonjak,” kata Ketua Umum Ikatan Ahli Gula (Ikagi) Aris Toharisman kepada CNBC Indonesia dikutip Rabu (1/3/2023).

Aris menuturkan, kenaikan harga gula dipicu beberapa faktor.

Salah satunya, akibat potensi penurunan produksi gula India yang disebabkan pengaruh iklim dan meningkatnya produksi etanol. Kondisi ini memicu dugaan, China akan memasok lebih banyak gula ke negara itu.

“Produksi gula bit Eropa juga diprediksi akan terpengaruh musim panas panjang dan larangan penggunaan pestisida sejak tahun lalu. Ditambah, Brasil diperkirakan mengalami kondisi serupa, penurunan produksi,” katanya.

“Penurunan supply akan memicu gejolak pasar,” tambah Aris.

Dengan masih bergantungnya Indonesia akan pasokan gula impor, Aris merekomendasikan pemerintah segera melakukan antisipasi.

Yaitu, bersiap dengan kenaikan biaya impor gula yang akan berdampak ke devisa negara, serta gejolak harga gula di dalam negeri.

Di mana sebelumnya, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan, industri makanan dan minuman di Indonesia masih harus mengandalkan pasokan bahan baku impor hingga 60-65%.

“Untuk yang besar sampai UMKM itu kita impor sampai 60-65%. Yang kita impor itu utamanya bahan baku itu susu, gula kita butuh banyak, dan bahan baku tepung,” kata Putu dalam webinar CIPS, Rabu (15/2/2023).

Untuk gula, dia menjelaskan, kebutuhan nasional, baik untuk konsumsi maupun industri diprediksi mencapai 7 juta ton tahun ini.

“Kita baru menghasilkan 2 juta ton. Kita sudah mendorong pengembangan perkebunan (tebu) meski masih ada hambatan utama terkait lahan,” kata Putu.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*